Senin, 07 April 2014

Contoh Analisis Cerpen

Analisis Struktural Cerpen Janur Hati Karya Noorca M Massardi
Oleh:
M.Takdir/1205161
Abstrak
Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Dalam pengertian yang sempit membaca adalah proses melisankan lambang-lambang yang tertulis. Membaca dapat digolongkan menjadi dua, pertama membaca karya ilmiah dan kedua membaca sastra. Salah satu karya sastra adalah cerpen. Cerpen adalah cerita pendek yang di dalamnya terdapat tokoh, alur, sudut pandang, latar, dan sebagainya.  Membaca cerpen bukan hanya dapat mengasah imajinasi, tetapi dengan membacanya kita dapat mengetahui pengalaman baru yang orang lain rasakan .

Key word : membaca, cerpen.

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Karya sastra tidak lahir dari khayalan dan imajinasi manusia, namun karya sastra lahir sebagai cermin dan realita kehidupan manusia. Hal tersebut salah satunya tampak dari realita kehidupan sosial manusia yang sering melakukan berbagai penyimpangan. Kondisi ini menjadi pemikiran oleh seorang pengarang yang kemudian diungkapkannya melalui sebuah karya sastra, karena mengungkapkan kehidupan manusia beserta permasalahannya. Karya sastra dapat dijadikan sebagai sebuah media untuk meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan masyarakat dalam kehidupan sosialnya itu secara kreatif dan menarik yang jauh dari kesan menggurui.
       Perkembangan karya sastra mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan masyarakat dari satu masa kemasa berikutnya. Hal itu dikarenakan sastra lahir, tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dinamika masyarakat mengalami persoalan hidup yang sangat komplek memberi pengaruh pada karya sastra. Persoalan hidup seperti kemiskinan, rasa cinta, kasih sayang, perasaan gembira, dan berbagai persoalan hidup lainnya mau tidak mau akan tercermin dalam karya sastra yang merupakan menifestasi kehidupan manusia.
       Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen. Permasalahan kehidupan dalam cerpen dipaparkan secara rinci dan juga kompleks, maka dengan membaca cerpen, pembaca diharapkan dapat mengkaji dan mengambil pelajaran dari permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam novel tersebut.

2.    Batasan Masalah
Menganalisis unsur-unsur intrinsik dalam cerpen Janur Hati karya Noorca M Massardi.
3.      Rumusan Masalah
1.      Jelaskanlah unsur-unsur intrinsik apa sajakah yang terdapat pada cerpen ?
2.      Jelaskanlah analisis struktural cerpen tersebut ?
3.      Tujuan Penelitian
1.      Mengkaji sruktural
2.      Menentukan tokoh
3.      menentukan latar
4.      menjelaskan sudut pandang
5.      menentukan tema dan amanat

6.    Manfaat Analisis
Manfaat analisis ini adalah untuk mengetahui hal tentang (1)Tema dan amanat yang diguakanpengarang dalam mengangkat cerita. (2) Pemilihan tokoh dan watak oleh pengarang dalam menyampaikan cerita. (3) Alur yang digunakan pengarang untuk menjalankan cerita. (4) Sudut pandang yang digunakan pengarang. Penulis pada dasarnya menulis makalah ini bukanlah tanpa alasan dan manfaat yang jelas. Manfaat tersebut dapat ditujukan bagi para pembaca itu sendiri dan khususnya bagi penulis yang telah membuat makalah ini.
Bagi Penulis:
1.  Dengan menulis makalah ini, penulis setidaknya telah mengetahui bagaimanakah sebuah cerpen dapat dikupas habis dengan menerapkan sebuah teori yaitu teori strukturalisme.
2. Penulis telah mengetahui apa itu teori strukturalisme dan bagaimana penerapannya.
Bagi Pembaca
1. Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang menarik khusunya bagi para pecinta cerpen.
2. Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi para pembaca yang notabene memiliki tugas yang sama untuk mengapresiasi sebuah cerpen.
3. Makalah ini dapat menjadi salah satu contoh real dalam mengapresiasi sebuah cerpen dengan menggunakan teori strukturalisme.
B.   PEMBAHASAN
Analisis Cerpen Janur Hati Karya Noorca M Massardi
1.      Sinopsis
Kompas 24 Februari 2013
Sinopsis Cerpen
Janur Hati
Cerpen Janur Hati Karya Noorca M Massardi menceritakan tentang kisah kehidupan sepotong pertolongan hidup.Ada sepasang manusia yang sudah menikah selama bertahun-tahun tetapi belum memiliki anak. Padahal mereka sudah bersabar dan berusaha maksimal, tetapi nihil. Dengan segenap kerelaan, mereka memilih jalan yang menurut saya adalah suatu kebodohan. Yah, Demi sebuah kebahagiaan.Di pantai Gado-gado Seminyak, dipenuhi pengunjung yang menikmati ombak pantai yang asyik bergumul dan bercanda dengan gelombang dan buihnya. Di antara pengunjung itu tampak sepasang suami istri bernama Girindra dan Dian berlarian dan bercanda dengan seorang gadis kecil bernama Janur Hati yang mempunyai rambut model gimbal.
Di tengah asyik bermain, Dian, perempuan berambut panjang dan suaminya mengajak anaknya Janur Hati untuk segera makan. Namun Janur Hati membantah ajakan orang tuanya. Dian terus menasehati Janur Hati untuk segera makan sambil menggendong Janur Hati menuju tepi pantai.
Ketika mencari tempat makan. Dian melihat seorang lelaki yang sepertinya dia kenal yaitu Baron, dan memberitahukan pada suaminya Girindra. Akhirnya mereka bergerak setengah hati menuju ke arah warung Chicharitos menemui lelaki bertopi hitam yang mengetik sesuatu di komputer yang digunakan Baron.
Dian dan Janur hati memanggil Baron, mendengar namanya dipanggil orang, lelaki bertopi itu menenggadah pandangannya dan menatap ke arah ketiga anak beranak itu. Dengan terkejut Baron langsung berdiri menuju mereka dan langsung menyalami Dian dan memeluk Girindra, dengan tidak sadar Janur terjepit di tengah mereka.
Sepasang suami istri itu mengenalkan anaknya yang bernama Janur Hati yang sedang berulang tahun ke 5 pada saat itu 6 Januari. Di pertemuan itu Dian dan Girindra meminta tolong pada Baron tentang masalah yang dihadapinya. Baron menganggukkan keepalanya atas kesediaanya.
Tanpa banyak membuang waktu lelaki yang tampak lebih tua dari mereka, dan sejak tadi duduk di kursi di sebelah kanan Baron, langsung menggenggam kedua tangan Dian dan Baron yang masih berpegang erat.       
Dengan suaranya yang berwibawa, lelaki itu mengucapkan serangkaian doa dan ketentua. Lelaki itu meminta agar Dian dan Baron mengulang setiap kata dan kalimat yang diucapkan. Sementara Girindra mendengarkan dan menyaksikan semua itu dengan wajah tegang, diliputi pelbagai kecamuk yang bergulung-gulung di dalam kalbu, dan di sekujur jasmani dan rohaninya.
Beberapa saat kemudian, sesudah semua hadir di kamar paham itu akan apa yang terjadi, lelaki itu bangkit dari duduknya diiringi Dian. Baron, dan Girindra. Lelaki itu pun meniggalkan tempat tersebut.
Ketika jam 24.00, giliran Girindra keluar dari kamar yang bernama Janur Hati. Dan di kamar Janur Hati itulah Girindra menyerahkan semua nasibnya, masa depan rumah tangganya, dan keturunannya, hingga tepat dini hari pukul 24.00.
2.      Kajian Teori
Dalam kajian teori ini, akan di paparkan mengenai materi yang berkaitan dengan analisis struktural cerpen. Adapun materinya yaitu:
a.      Strukturalisme
Munculnya strukturalisme sebagai teori sastra diawali dengan pandangan bahwa karya sastra merupakan unsur-unsur yang kompleks dan bersistem. Unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Hubungan antar unsur itulah yang merupakan kriteria untuk menentukan baik dan buruknya karya sastra.
Teori struktural adalah teori yang memandang teks sastra berdasarkan unsur-unsur yang ada di dalamnya untuk diidentifikasi dan dipahami relasinya sebagai satu kesatuan yang kompleks. Teori ini bermula dari pandangan Ferdinand de Saussure yang memandang adanya system di dalam bahasa. Pandangan ini kemudian diperluas dengan asumsi bahwa sistem itu juga ada di dalam sastra.
Dalam memandang karya sastra, kerja dari teori struktural ini sangat terlihat dalam konsep yang diutamakan oleh Rene Wellek dan Austin Warren di dalam buku Teori Kesusastraan. Di dalam buku ini, dipelajari mengenai karya sastra yang memuat unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Menurut Mahayana  (2005:52) karya sastra diperlukan sebagai teks terbuka, maka makna karya itu didak bersifat tunggal, melaikan multi-interpretasi yang akan mengungkapkan kekayaan makna yang bersangkutan. Sedangkan menurut Zinudin Fananie (2001:16) bahwa yang terpenting adalah bagaimana fungsi hubungan tersebut dalam menghadirkan makna secara keseluruhan.
Dari semua pendapat mengenai teori struktural adalah struktur yang ada di dalam karya sastra tidak dapat dipisahkan dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Di dalm teori struktural, dibagi menjadi dua bagian yaitu intrinsik dan ekstrinsik. 
1. Tema
            Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai
titik tolak pengarang dalam memaparkan karya yang diciptakannya. (Aminudin, 2004: 83)
Keraf (1994: 107) menyatakan bahwa kata tema berasal dari kata tithenai,
bahasa Yunani yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan”. Menurut arti
katanya, tema berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah
ditempatkan. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi pengarangnya. Dengan kata lain, tema merupakan sesuatu yang menjadi ide pikiran atau persoalan yang diungkapkan dalam sebuah cipta rasa.
Tema adalah suatu hal yang berkaitan dengan pandangan, pendapat, atau
sikap pengarang terhadap suatu masalah sedangkan masalah adalah suatu hal yangharus diselesaikan. Sebuah tema pada dasarnya merupakan abstraksi dari suatu masalah. Oleh karena itu, tema sebuah karya sastra haruslah diabstraksikan dari masalah utama yang diungkapkan pengarang dalam karyanya.
2. Alur
             Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita(Aminuddin, 2004: 83).
Loban dalam Aminuddin (2004: 84) menggambarkan gerak tahapan alur
seperti halnya gelombang. Gelombang itu berawal dari (1) eksposisi (2) komplikasi atau intrik-intrik awal yang akan berkembang menjadi konflik, (3) klimaks (4) relevasi atau penyingkatan tabir suatu problem, dan (5) denoument atau penyelesaian yang membahagiakan, atau dapat disebut sebagai catastrophe jika penyelesaian menyedihkan, ataupun solution jika penyelesaian yang masih bersifat terbuka karena pembaca sendirilah yang dipersilakan menyelesaikan melalui daya imajinasinya.

3. Latar (Setting)
            Latar adalah tempat, waktu, maupun situasi tertentu yang melatarbelakangi
peristiwa-peristiwa dalam cerita, baik latar ynag bersifat fisikal (berhubungan dengan tempat) maupun latar yang bersifat psikologis (berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang mampu menuasakan suatu makna yang mampu mengapit emosi pembaca) (Aminudin, 2000 : 69).
Fungsi latar adalah memberikan informasi tentang situasi bagaimana adanya
dan proyeksi keadaan batin para tokoh. Latar pun merupakan salah satu unsur yangpenting bagi penentuan nilai estetika karya satra serta salah satu fakta cerita yang harus diperhatikan.

4. Tokoh
             Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa itu mampu menjalin suatu
cerita sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut denganpenokohan (Aminudin, 2004 : 79). Tokoh dalam sebuah cerpen dapat terdiri atas beberapa orang, tetapi berperan sebagai tokoh utama biasanya tidak lebih dari dua orang. Tokoh lain berfungsi sebagai penegas keberadaan tokoh utamanya. Tokoh utama biasanya menjadi sentral cerita, baik protagonis maupun antagonis.
Menurut Sumardjo dan Saini (1991: 65-66) , melukiskan suatu watak tokoh
dalam cerita dapat dilakukan melalui (1) perbuatannya, terutama bagaimana bersikap dalam menghadapi situasi kritis (2) ucapan-ucapannya (3) gambaran fisiknya, dan (4) keterangan langsung yang ditulis oleh pengarang.
5. Sudut Pandang
              Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita
yang dipaparkannya (Aminudin, 2004 : 90). Dalam menyuguhkan cerita, pengarang dapat mengambil atau memilih suatu posisi serta kedudukan tertentu terhadap suatu kisah yang dipaparkannya.
Ada kalanya seorang pengarang hanya mengambil posisi sebagai orang ketiga saja atau berada diluar cerita yang dikisahkannya. Namun, kemungkinan juga pengarang akan melibatkan diri serta ikut bermain sebagai salah satu tikih dalam cerita tanpa mengurangi sifat rekaan cerita tersebut. Sudut pandang penceritaan terdiri atas (1) Narrator omniscient, yaitu pengarang sebagai pelaku cerita (2) Narrator observer, yaitu pengarang sebagaipengamat terhadap pemunculan para pelaku serta hanya tahu dalam batas tertentu tentang perilakubatiniah para pelaku (3) Narrator observer omniscient, dan (4) Narrator the third person omniscient.

6. Amanat
              Amanat adalah gagasan yang mendasari cerita atau pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan pemecahan suatu tema yang mencerminkan pandangan hidup pengarang. Berdasarkan cara penyampaiannya, Nurgiyantoro (1995: 335) membaginya dalam dua wujud, yaitu penyampaian
langsung dan penyampaian tidak langsung.
3.      Metode Analisis
a.       Struktur
       Pada analisis ini digunakan analisis terstruktur. Terstruktur artinya sudah terencana bagian mana yang akan dianalisis pertama hingga seterusnya.
b.      Objek
          Objek analisis ini adalah cerpen Sanca. Objek kajian analisis ini aspek-aspek yang terkandung dalam cerpen Sanca. Dalam metode analisis obek disini, yang akan dianalisis adalah objek-objek seperti, alur, latar, sudut pandang, pusat pengisahan, tokoh, tema dan amanat.
c.       . Metode Kepustakaan.
Metode ini digunakan untuk mencari teori, perumusan masalah, atau menyempurnakan perumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya, konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan teori bagi penelitian. Sehingga teori ataupun data-data diperoleh relevan.
d.       Metode Analisis.
            Metode ini bertujuan untuk memahami unsur yang terkandung di dalamnya. Misalnya ada data yang tidak relevan dibuang dan data yang kurang lengkap dilengkapi sehingga dapat diambil kesimpulan yang dapat dipercaya.
Analisis adalah penguraian karya sastra atas unsur-unsurnya dengan tujuan memahami pertalian antara unsur-unsur tersebut dalam karya sastra. Hasil analisis dalam sebuah karya sastra akan digunakan untuk mengetahui dan memahami struktur kepribadian tokoh-tokohnya.




4.      Hasil Analisis
1.      Penokohan dan Perwatakan
Dalam hal penokohan termasuk penamaan, pemeranan, keadaan fisik, keadaan psikis, dan karakter. Bagian-bagian penokohan ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan iksi.
Perubahan watak tokoh dapat pula berlangsung karena terjadinya perubahan latar cerita. Akibat terjadinya perubahan waktu penceritaan yang sudah lama, akan berakibat terjadinya perubahan keadaan psikis tokoh, dan secara keseluruhan merubah karakter tokoh cerita.
NO
TOKOH
WATAK
KUTIPAN
1
Janur Hati
a.         Polos
b.         Suka bermain
“Yah...! Kan Janur belum capek, Ma....! kata gadis mungil itu.”
2
Girindra
a.         Penyayang
b.         Sabar
c.         Merubah   nasib dengan kebodohan
“Tapi, kamu kan masih ingat janji kita bersama dulu....?”
“…gelombang dan deburnya mengempaskan para peselancar dan mereka yang berenang di sepanjang pantai. Padahal sejumlah bendera sudahdipancangkan agar para pelancong tidak melampaui batas berbahaya itu.”
3
Dian
a.         Setia
b.         Penyayang
c.         Merubah nasib dengan kebodohan
“Iya dong Mas. Aku tak akan pernah melupakannya...!”
“Sayang...! Kita sudahan ya...! Makan dulu, yuk...! kata perempuan berambut panjang...”
”Demi Tuhan, Mas Baron, tolonglah kami. Hanya kepada Mas Baron kami bisa meminta pertolongan semacam ini…!”
4
Baron
a.         Penolong

“ Baron menganggukkan kepalanya sekali. Kemudian ia menganggukkan lagi kepalanya beberapa kali...”
5
Lelaki lebih tua
a.   Wibawa
“Dengan suaranya yang berwibawa, lelaki itu mengucapkan serangkaian doa dan ketentuan...”


2.       Peristiwa dan Alur (Plot)
Hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa dengan peristiwa atau sekelompok peristiwa yang lain disebut alur. Alur tersebut bersifat kausalitas karena berhubngan satu dengan yang lainnya menunjukkan hubungan sebab-akibat.
     Alur yang digunakan pengarang dalam cerpen Janur Hatikarya Noorca M Massardi adalah alur maju mundur.
1.      Sepasang suami istri berada di pantai untuk berliburan merayakan ulang tahun Janur Hati
1.2    Sepasang suami istri bernama Girindra dan Dian berlarian dan bercanda bersama anaknya Janur Hati di tepi pantai.
1.3    Girindra dan Dian mengajak Janur Hati mengajak Janur Hati makan, karena sudah lapar.
1.4    Janur Hati menolak ajakannya, karena belum capek.
1.5    Dian menasehati Janur Hati sambil menggendong Janur Hati ke tempat bilas di tepi pantai.
2.      Mereka bertemu Baron di sebuah warung yang telah merobah nasibnya dahulu.
2.1 Dian melihat lelaki bertopi mirip Baron di warung Chicharitos.
2.2 Dian mengajak Girindra untuk bertemu Baron.
2.3 Girindra jalan menuju ke warung Chicaritos dan diikuti Dian dan anaknya.
2.4 Dian dan Janur Hati memanggil nama Baron dari luar warung.
2.5 Baron berlari ke luar warung dengan rasa takjub dan terharu.
2.6 Baron memeluk Girindra dan Menyalami Dian.
2.7 Baron menanyakan siapa gadis mungil yang ada di dekatnya.
2.8 Dian menjelaskan bahwa anak itu adalah Janur Hati dari hasil perobahan nasibnya yang dibantu Baron ketika 5 tahun yang lalu dengan cara kebodohan.
3. Kejadian masa lalu sepasang suami istri Girindra dan Dian bersama Baron menyelesaikan nasib rumah tangga dan keturunan dengan kebodohan.
3.1 Dian dan Girindra minta tolong untuk merobah nasibnya untuk memiliki keturunan kepada Baron.
3.2 Baron tak mampu berkata sepatah pun.
3.3 Baron mempertimbangkan banyak sekali hal.
3.4 Baron mengaggukkan kepalanya atas kesediaan membantu suami istri tersebut.
3.5 Lelaki lebih tua mengucapkan serangkaian doa dan ketentuan untuk Baron, Dian dan Girindra.
3.6 Lelaki lebih tua itu meninggalkan kamar.
3.7 Girindra mengungkapkan perasaannya terhadap istrinya.
3.8 Girindra keluar kamar dan menyerahkan nasib rumah tangga dan keturunannya pada istrinya dan Baron agar memiliki ketuurunan.


3.    Latar
Latar merupakan penanda identitas permasalahan fiksi yang mulai secara samar diperlihatkan alur atau penokohan. Jika permasalahan fiksi sudah diketahui melalui alur atau penokohan, maka latar memperjelas suasana, tempat dan waktu peristiwa itu berlaku
NO
LATAR
PERISTIWA
KUTIPAN
1
Tempat
a.    Di pantai Gado-gado


b.    Tempat bilas tepi pantai

c.    Warung Chicaritos
d.    Di kursi

e.    Di kamar


f.     Di luar kamar


Pengunjung berenang sepanjang pantai, dan menikmati pantai.

Dian menggendong Janur Hati di tepi pantai.

Bertemu Baron

Tempat lelaki lebih tua duduk.
Penentuan nasib rumah tangga, dan keturunan Dian dan Girindra.
Girindra keluar kamar meninggalkan Dian dan Baron

“Ombak di pantai Gado-gado, Seminyak, itu sungguh menggetarkan. Di tengah gerimis dan badai kecil, gelombang dan deburnya mengempaskan...”
“... sambil merengkuh gadis bernama Janur iru dan langsung menggendongnya menuju tempat bilas di tepi pantai.”
“... kata lelaki itu sambil bergerak setengah hati menuju ke arah warung itu.
“... sejak tadi duduk di kursi di sebelah kanan Baron...”
“... sesudah semua yang hadir di kamar itu paham akan apa yang barusan terjadi...”
“Girindra kemudian keluar dari kamar itu. Ia menutup pintu itu perlahan...”

2
Waktu
a.    Pukul 24.00

Girindra keluar dari kamarnya, dan menyerahkan nasibnya.

“Girindra kini menyerahkan seluruh nasibnya, masa depan rumah tangganya, keturunannya, hingga tepat dini hari pukul 24.00
3
Suasana
a.    Cuaca gerimis dan badai kecil

b.    Bersuka cita di tepi pantai

c.    Penasaran


d.    Terkejut dan terharu.

e.    Tegang


Suasana di pantai Gado-gado


Sepasang suami istri berlarian dan bercanda bersama anaknya
Dian dan Girindra penasaran melihat lelaki bertopi di dalam warung.
Baron bertemu Dian dan Girindra.

Girindra keluar dari kamar.

“...Di tengah gerimis dan badai kecil, gelombang dan deburnya mengempaskan para peselancar dan mereka yang berenang di sepanjang pantai.”
“... Mereka tetap asyik bergumul dan bercanda.”

“Mas... yang diwarng papan yang di tengah itu, sepertinya...”

“Dengan rasa takjub bercampur haru, ia langsung menyalami dan memeluk lelaki yang dipanggil Gerindra itu..”
“Girindra kini menyerahkan semua nasibnya, masa depannya”.




4.    Sudut Pandang
Berdasarkan data yang terdapat dalam cerpen yang berjudul Janur Hati karya Noorca M Massardi. Cerpen ini menggunakan sudut pandang persona ketiga “Dia-an”. Dalam cerita ini pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh cerita. Narator berada diluar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya.
Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut:
“Dengan rasa takjub dan haru, ia langsung menyalami dan memeluk lelaki yang dipanggil Girindra itu. Sesaat kemudian ia menatap perempuan yang dipanggil Dian itu dan kemudian memeluk dan mencium kedua pipinya.”



5.    Tema dan amanat
Tema yang digunakan dalam cerpen yang berjudul Janur Hati karya Noorca M Massardi, yaitu kebodohan suami istri mengahadapi nasib rumah tangga dan keturunannya. Cerpen janur hati merupakan cerita yang mengungkapkan sepotong perjalanan hidup. Ada sepasang manusia yang sudah menikah selama bertahun-tahun tetapi belum memiliki anak. Padahal mereka sudah bersabar dan berusaha maksimal, tetapi nihil. Dengan segenap kerelaan, mereka memilih jalan yang menurut saya adalah suatu kebodohan. Yah, Demi sebuah kebahagiaan.
Kutipannya, yaitu
”Demi Tuhan, Mas Baron, tolonglah kami. Hanya kepada Mas Baron kami bisa meminta pertolongan semacam ini…!”
Amanat yang terkandung dalam cerpen Janur Hati karya Noorca M Massardi banyak yang disampaikan pengarang, diantaranya yaitu
1.    Manusia menciptakan aturan, tetapi aturan itu diabaikan. Manusia memang mengadakan sesuatu, tetapi tidak mengakui adanya sesuatu.
“…gelombang dan deburnya mengempaskan para peselancar dan mereka yang berenang di sepanjang pantai. Padahal sejumlah bendera sudah dipancangkan agar para pelancong tidak melampaui batas berbahaya itu.”
2.    Manusia baru akan mencari-cari yang lain, jika dia sedang membutuhkan. Manusia menyadari ketidakmampuannya untuk bertahan hidup sendiri. Memang pada dasarnya, manusia memiliki egoisitas yang tinggi. Tetapi, keegoisan itu tidak akan berlaku ketika manusia dalam kondisi tidak nyaman (membutuhkan). Dalam kondisi kehampaan dan ketidaksempurnaan. Manusia akan terus dan terus mencari pertolongan.
”Demi Tuhan, Mas Baron, tolonglah kami. Hanya kepada Mas Baron kami bisa meminta pertolongan semacam ini…!”

3.    Banyak manusia yang mengakhiri nasib rumah tangga dan keturunannya dengan cara kebodohan.

4.      interpretasi/Penilaian dan Tafsiran
Menurut saya, cerpen Janur Hati yang diterbitkan Kompas 24 Februari 2013 ini tidak cocok untuk siswa kelas VIII SMP. Karena sulit dipahami. Meskipun tema cerita dan penokohannya menarik.

C. PENUTUP
1.      Simpulan
Teori struktural adalah teori yang memandang teks sastra berdasarkan unsur-unsur yang ada di dalamnya untuk diidentifikasi dan dipahami relasinya sebagai satu kesatuan yang kompleks. Teori ini bermula dari pandangan Ferdinand de Saussure yang memandang adanya system di dalam bahasa. Pandangan ini kemudian diperluas dengan asumsi bahwa sistem itu juga ada di dalam sastra.
Analisis struktural sebuah karya sastra yang berupa cerita pendek,secara struktural memiliki beberapa aspek yang dikaji, diantaranya adalah Tema , penokohan , alur ,latar/ setting, sudut pandang , penafsiran penokohan dan amanat.
2.      Saran
Semoga makalah yang penulis tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat berguna untuk ke depannya.
          Demikianlah makalah ini ditulis, sekiranya terdapat kesalahan dalam penulisan baik dari segi isi, tata bahasa, maupun yang lainnya, penulis sangat mengharapkan kritikan srta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan.











Daftar Pustaka
Muhardi dan Hasanuddin. 1992. Prosedur Analisis fiksi. Padang: IKIP Padang Press
Noorca M Massardi. 2013. Cerpen Janur Hati. Kompas: Jakarta.
http://downloadgratisarea.blogspot.com/2012/09/unsur-unsur-intrinsik-cerpen.html.



















Lampiran:
Janur Hati
Cerpen Noorca M Massardi (Kompas, 24 Februari 2013)
Janur Hati ilustrasi Widiyatno
OMBAK di pantai Gado-gado, Seminyak, itu sungguh menggetarkan. Di tengah gerimis dan badai kecil, gelombang dan deburnya mengempaskan para peselancar dan mereka yang berenang di sepanjang pantai. Padahal sejumlah bendera sudah dipancangkan agar para pelancong tidak melampaui batas berbahaya itu.
Toh, para penikmat pantai seperti tak peduli. Mereka tetap asyik bergumul dan bercanda dengan gelombang dan buihnya.
Di antara mereka yang bersukacita dengan kesibukan pantai, itu tampak sepasang suami istri yang berlarian dan bercanda dengan seorang gadis kecil yang baru dijalin rambutnya model gimbal dengan butiran kepang warna-warni. Gadis berbikini mungil itu tertawa dan berlarian, kendati sesekali ia terjatuh juga di atas pasir yang bergelombang dan basah.
“Sayang…! Kita sudahan ya…! Makan dulu, yuk…!” kata perempuan berambut panjang yang sedari tadi mengejar-ngejar anak itu.
“Yuk…! Papa juga sudah lapar, nih…!” kata lelaki yang juga asyik saling berkejaran dengan anak dan ibu itu.
“Yah…! Kan Janur belum capek, Ma….!” kata gadis mungil itu.
“Nanti kita masuk angin sayangku…! Anginnya sudah semakin keras. Apalagi ini gerimis tidak mau berhenti…! Yuk…!” kata perempuan itu sambil merengkuh gadis bernama Janur itu dan langsung menggendongnya menuju tempat bilas di tepi pantai.
***
“Mas… yang di warung papan yang di tengah itu, sepertinya…!” kata ibu muda yang menggendong gadis bernama Janur itu, usai mendandaninya dengan rok panjang berbunga.
Lelaki itu menghentikan langkahnya di atas pasir yang tak terjilat ombak. Ia memusatkan perhatiannya ke ruang dalam warung yang ditunjuk perempuan itu.
Di salah satu meja ia mendapati seorang pria tengah mengetik dengan laptopnya sambil sesekali menengadahkan pandangannya ke deburan ombak yang bergerak lurus di hadapannya.
“Iya, seperti Baron…!” kata lelaki itu dengan nada suara agak tersendat.
Perempuan itu memeluk pinggang lelaki itu.
“Kita temui dia atau kita hindari…?” bisik perempuan yang kini rambutnya tersibak-sibak angin laut.
“Terserah kamu, Di…!” jawab lelaki itu sambil memandang mata perempuan itu.
“Kalau Mas Gin tidak keberatan…! Kan kita belum pernah bertemu dan berkomunikasi sama sekali sejak itu…!” bisik perempuan itu, dengan nada bergetar, sambil membersihkan kakinya dari butir-butir pasir yang kini melengketi lagi kedua kaki telanjangnya.
“Tapi, kamu kan masih ingat janji kita bersama dulu…?”
“Iya dong Mas. Aku tak akan pernah melupakannya…!” bisik perempuan itu sambil mengecup pipi lelaki itu.
“Ada apa sih, Ma…? Kok bisik-bisik dari tadi…?” kata gadis itu menyela.
“Enggak… itu sepertinya ada teman papa mama dulu…!” kata perempuan itu sambil memeluk Janur dengan penuh cinta lebih dari biasanya.
“Aduh… Ma…! Janur sesak nih…! Yang mana, Ma…?” kata Janur sambil melihat-lihat ke segala arah.
“Itu yang duduk di warung Chicharitos, yang pakai topi hitam itu…!” bisik perempuan itu sambil menunjuk dengan arah pandangan dan wajahnya.
Gadis itu memerhatikan sosok yang dimaksud, tapi wajahnya tak begitu jelas, karena agak gelap terhalang bayangan atap rumbia yang memayungi warung sederhana di bibir pantai itu.
“Terus…? Kok Mama Papa gak mau ketemu…?”
“Bagaimana, Mas…?”
“Ya, sudah, kita ke sana…! Mungkin juga hanya mirip dia…!” kata lelaki itu sambil bergerak setengah hati menuju ke arah warung itu.
Perempuan itu mengikuti langkah lelaki itu, hingga ke bawah tangga warung yang menuju ke pasir pantai.
Sesaat, pasangan dan anak gadis itu berdiri menghadap warung. Pandangan mereka menengadah ke arah lelaki bertopi hitam yang tengah menunduk sambil mengetik sesuatu di komputernya.
“Mas Bar…!” kata perempuan itu dengan suara sedikit dikeraskan, untuk sesaat mengalahkan gemuruh ombak.
“Om Bar…!” teriak Janur mengikuti suara ibunya, memanggil orang yang berada di ketinggian warung itu.
Mendengar namanya dipanggil orang, lelaki bertopi itu segera menengadahkan pandangannya dari layar laptop. Ia menatap ke arah ketiga anak beranak itu. Dengan rasa terkejut ia langsung berdiri dari duduknya, hingga gelas jus mangga yang baru diminumnya setengah, itu tumpah ke lantai papan.
“Dian…?! Girindra…?!” kata lelaki bertopi itu sambil bergegas melompati tangga turun, dan membiarkan gelas minumnya berguling dan jatuh ke lantai papan.
Dengan rasa takjub bercampur haru, ia langsung menyalami dan memeluk lelaki yang dipanggil Girindra itu. Sesaat kemudian ia menatap perempuan yang dipanggilnya Dian, itu dan kemudian memeluk dan mencium kedua pipinya.
“Aduh…! Janur kejepit nih…!” teriak gadis kecil di pelukan ibunya itu dan yang saat itu tak disadari keberadaannya oleh lelaki bertopi itu.
“Aduh…! Maaf, sayang…! Om Bar enggak lihat…! Kasihan…!” kata lelaki yang dipanggil Baron, itu sambil melepaskan pelukannya, dan kemudian mengambil jarak untuk dapat memandang dan memerhatikan gadis itu.
“Ini…?” kata Baron sambil menunjuk Janur.
Namun, ia segera menghentikan kalimat yang sedianya hendak ia ucapkan saat itu.
“Iya…!” kata Dian dan Girindra berbareng setengah berbisik.
Baron, Dian, dan Girindra pun saling berpandangan beberapa saat, dalam diam, dengan perasaan dan pikiran masing-masing.
“Lima tahun, Mas Bar…!” kata Dian akhirnya, setelah agak lama mereka tak bisa berkata-kata dan tenggelam ke dalam kecamuk kalbu masing-masing.
Sementara itu, tanpa mereka sadari, ketiga pasang mata orang dewasa itu tampak membasah dan berkaca-kaca.
“Iya… Om…! Hari ini 6 Januari, Janur Hati ulang tahun…!” kata gadis mungil itu.
“Janur Hati…?” kata Baron setengah berbisik.
“Iya, kami memberinya nama Janur Hati…!” bisik Dian seolah ingin menegaskan.
Sekali lagi, senyap merayap di antara deburan ombak pantai Seminyak.
***
“Demi Tuhan, Mas Baron, tolonglah kami. Hanya kepada Mas Baron kami bisa meminta pertolongan semacam ini…!” kata Dian dan Girindra berbareng, sementara kedua pasang kelopak mata mereka dilinangi air mata yang tak terbendung lagi.
Baron tak mampu berkata sepatah pun. Yang ia lihat dan rasakan hanyalah, betapa Dian dengan sepenuh hati meremas punggung tangan kanannya, sementara Girindra juga meremas tangan kirinya dengan seluruh emosi bergejolak di dadanya.
Setelah senyap beberapa saat, yang terasa bagaikan beberapa abad, dan sesudah mempertimbangkan banyak sekali hal, akhirnya Baron pun membalas emosi yang tersalurkan melalui genggaman tangan itu, dengan mencekal agak kuat kedua tangan Dian dan Girindra.
Baron menganggukkan kepalanya sekali. Kemudian ia menganggukkan lagi kepalanya beberapa kali, ketika pandangan mata sepasang suami istri tampak terpana, terkesima, dan takjub akan penerimaan dan kesediaan Baron.
Tanpa banyak membuang waktu, lelaki yang tampak lebih tua dari mereka, dan sejak tadi duduk di kursi di sebelah kanan Baron, langsung menggenggam kedua tangan Dian dan Baron yang masih saling berpegang erat itu.
Dengan suaranya yang berwibawa, lelaki itu mengucapkan serangkaian doa dan ketentuan. Beberapa saat kemudian, lelaki itu meminta agar Dian dan Baron mengulang setiap kata dan kalimat yang ia ucapkan. Sementara Girindra mendengarkan dan menyaksikan semua itu dengan wajah tegang, diliputi pelbagai kecamuk yang bergulung-gulung di dalam kalbu, dan di sekujur jasmani dan rohaninya.
“Semoga semua ini diizinkan oleh Yang Maha Kuasa. Dan, karena ini adalah langkah terakhir yang dapat kalian upayakan, serta sudah kalian sepakati dengan ikhlas, dengan sepenuh kesadaran, dan tanpa paksaan dari siapa pun, maka apa yang kalian cita-citakan ini kiranya dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa…!” kata lelaki itu.
Beberapa saat kemudian, sesudah semua yang hadir di kamar itu paham akan apa yang barusan terjadi, dan apa yang akan segera terjadi, lelaki itu pun bangkit dari kursinya, diiringi Dian, Baron, dan Girindra.
Lelaki itu sekali lagi mengucapkan selamat kepada mereka semua, memeluk mereka dengan penuh hormat, dan kemudian mohon diri. Dan, setelah lelaki itu berlalu, kini giliran Girindra memeluk Baron, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Lalu ia memeluk serta mencium kedua pipi dan bibir istrinya sekejap.
“Aku sangat mencintaimu, sayangku. Ingat, sesudah pukul 24.00 ini, engkau harus melupakan segalanya, dan engkau akan kembali kepadaku untuk selamanya…!” bisik Girindra tanpa mampu menahan tangisnya yang berderai dalam sendu dan sedu.
“Iya Mas, aku akan kembali kepadamu, untuk selamanya. Semoga pengorbanan ini mendapat ampunan dan ganjaran dari Tuhan Yang Maha Kuasa…!” bisik Dian dengan suara bergetar dan tampak berupaya menunjukkan ketegarannya.
Girindra kemudian keluar dari kamar itu. Ia menutup pintu itu perlahan. Lalu ia menarik napas sedalam-dalamnya, dan berupaya menyiram seluruh api yang menyala-nyala di dadanya. Beberapa saat ia hanya berdiri mengamati daun pintu kamar yang bernama Janur Hati itu. Setiap kamar di hotel itu, selain memiliki nomor juga mempunyai nama masing-masing. Dan, di kamar Janur Hati itulah, Girindra kini menyerahkan seluruh nasibnya, masa depan rumah tangganya, dan keturunannya, hingga tepat dini hari pukul 24.00 atau pukul 00.00.
***
Tanpa menunggu waktu menunjukkan tepat pukul 24.00, tanpa menanti gemuruh ombak benar-benar berhenti berdebur, dan tanpa membiarkan.
 b.Tabel Analisis Tokoh

No
Nama Tokoh
Watak
Physical description
Protocol of throught streem of conscious
Reaction to event
Direct auther analisys
Discussion of enviorment
Reaction ofother about character
Conversation
1.
Janur Hati
Polos dan
Suka bermain
X
V
V
V
V
V
V
2.
Girindra
Penyayang,
Sabar, dan
Merubah   nasib dengan kebodohan
X
V
X
X
V
V
V
3.
Dian
Setia,
Penyayang, dan
Merubah nasib dengan kebodohan
X
V
V
V
V
X
V
4.
Baron
Penolong

X
V
X
X
V
V
V
5.
Lelaki lebih tua
Baik, dan berwibawa
X
V
V
X
V
X
X




Tidak ada komentar:

Posting Komentar