Analisis
Struktural Cerpen Janur
Hati Karya Noorca M Massardi
Oleh:
M.Takdir/1205161
Abstrak
Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan
makna dari apa yang tertulis dalam teks. Dalam pengertian yang sempit membaca
adalah proses melisankan lambang-lambang yang tertulis. Membaca dapat
digolongkan menjadi dua, pertama membaca karya ilmiah dan kedua membaca sastra.
Salah satu karya sastra adalah cerpen. Cerpen adalah cerita pendek yang di
dalamnya terdapat tokoh, alur, sudut pandang, latar, dan sebagainya. Membaca cerpen bukan hanya dapat mengasah
imajinasi, tetapi dengan membacanya kita dapat mengetahui pengalaman baru yang
orang lain rasakan .
Key word : membaca, cerpen.
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Karya sastra
tidak lahir dari khayalan dan imajinasi manusia, namun karya sastra lahir
sebagai cermin dan realita kehidupan manusia. Hal tersebut salah satunya tampak
dari realita kehidupan sosial manusia yang sering melakukan berbagai
penyimpangan. Kondisi ini menjadi pemikiran oleh seorang pengarang yang
kemudian diungkapkannya melalui sebuah karya sastra, karena mengungkapkan
kehidupan manusia beserta permasalahannya. Karya sastra dapat dijadikan sebagai
sebuah media untuk meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan masyarakat
dalam kehidupan sosialnya itu secara kreatif dan menarik yang jauh dari kesan
menggurui.
Perkembangan
karya sastra mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan masyarakat dari
satu masa kemasa berikutnya. Hal itu dikarenakan sastra lahir, tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dinamika masyarakat mengalami persoalan
hidup yang sangat komplek memberi pengaruh pada karya sastra. Persoalan hidup
seperti kemiskinan, rasa cinta, kasih sayang, perasaan gembira, dan berbagai
persoalan hidup lainnya mau tidak mau akan tercermin dalam karya sastra yang merupakan
menifestasi kehidupan manusia.
Salah
satu bentuk karya sastra adalah cerpen. Permasalahan kehidupan dalam cerpen
dipaparkan secara rinci dan juga kompleks, maka dengan membaca cerpen, pembaca
diharapkan dapat mengkaji dan mengambil pelajaran dari
permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam novel tersebut.
2.
Batasan
Masalah
Menganalisis
unsur-unsur intrinsik dalam cerpen Janur
Hati karya Noorca M Massardi.
3.
Rumusan
Masalah
1. Jelaskanlah
unsur-unsur intrinsik apa sajakah yang terdapat pada cerpen ?
2. Jelaskanlah
analisis struktural cerpen tersebut ?
3.
Tujuan
Penelitian
1. Mengkaji
sruktural
2. Menentukan
tokoh
3. menentukan
latar
4. menjelaskan
sudut pandang
5. menentukan
tema dan amanat
6.
Manfaat
Analisis
Manfaat analisis ini adalah untuk
mengetahui hal tentang (1)Tema dan amanat yang diguakanpengarang dalam
mengangkat cerita. (2) Pemilihan tokoh dan watak oleh pengarang dalam
menyampaikan cerita. (3) Alur yang digunakan pengarang untuk menjalankan
cerita. (4) Sudut pandang yang digunakan pengarang. Penulis
pada dasarnya menulis makalah ini bukanlah tanpa alasan dan manfaat yang jelas.
Manfaat tersebut dapat ditujukan bagi para pembaca itu sendiri dan khususnya
bagi penulis yang telah membuat makalah ini.
Bagi Penulis:
1. Dengan
menulis makalah ini, penulis setidaknya telah mengetahui bagaimanakah sebuah
cerpen dapat dikupas habis dengan menerapkan sebuah teori yaitu teori
strukturalisme.
2. Penulis telah mengetahui apa itu teori
strukturalisme dan bagaimana penerapannya.
Bagi Pembaca
1. Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
yang menarik khusunya bagi para pecinta cerpen.
2. Makalah
ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi para pembaca yang notabene
memiliki tugas yang sama untuk mengapresiasi sebuah cerpen.
3. Makalah ini dapat menjadi salah satu contoh real
dalam mengapresiasi sebuah cerpen dengan menggunakan teori strukturalisme.
B.
PEMBAHASAN
Analisis Cerpen Janur Hati Karya
Noorca M Massardi
1.
Sinopsis
Kompas 24 Februari 2013
Sinopsis
Cerpen
Janur
Hati
Cerpen Janur Hati Karya Noorca M Massardi menceritakan
tentang kisah kehidupan sepotong pertolongan hidup.Ada sepasang manusia yang
sudah menikah selama bertahun-tahun tetapi belum memiliki anak. Padahal mereka
sudah bersabar dan berusaha maksimal, tetapi nihil. Dengan segenap kerelaan,
mereka memilih jalan yang menurut saya adalah suatu kebodohan. Yah, Demi sebuah
kebahagiaan.Di pantai Gado-gado Seminyak, dipenuhi pengunjung yang menikmati
ombak pantai yang asyik bergumul dan bercanda dengan gelombang dan buihnya. Di
antara pengunjung itu tampak sepasang suami istri bernama Girindra dan Dian
berlarian dan bercanda dengan seorang gadis kecil bernama Janur Hati yang
mempunyai rambut model gimbal.
Di tengah asyik bermain, Dian, perempuan berambut
panjang dan suaminya mengajak anaknya Janur Hati untuk segera makan. Namun
Janur Hati membantah ajakan orang tuanya. Dian terus menasehati Janur Hati
untuk segera makan sambil menggendong Janur Hati menuju tepi pantai.
Ketika mencari tempat makan. Dian melihat seorang
lelaki yang sepertinya dia kenal yaitu Baron, dan memberitahukan pada suaminya
Girindra. Akhirnya mereka bergerak setengah hati menuju ke arah warung
Chicharitos menemui lelaki bertopi hitam yang mengetik sesuatu di komputer yang
digunakan Baron.
Dian dan Janur hati memanggil Baron, mendengar namanya
dipanggil orang, lelaki bertopi itu menenggadah pandangannya dan menatap ke
arah ketiga anak beranak itu. Dengan terkejut Baron langsung berdiri menuju
mereka dan langsung menyalami Dian dan memeluk Girindra, dengan tidak sadar
Janur terjepit di tengah mereka.
Sepasang suami istri itu mengenalkan anaknya yang
bernama Janur Hati yang sedang berulang tahun ke 5 pada saat itu 6 Januari. Di
pertemuan itu Dian dan Girindra meminta tolong pada Baron tentang masalah yang
dihadapinya. Baron menganggukkan keepalanya atas kesediaanya.
Tanpa banyak membuang waktu lelaki yang tampak lebih
tua dari mereka, dan sejak tadi duduk di kursi di sebelah kanan Baron, langsung
menggenggam kedua tangan Dian dan Baron yang masih berpegang erat.
Dengan suaranya yang berwibawa, lelaki itu
mengucapkan serangkaian doa dan ketentua. Lelaki itu meminta agar Dian dan
Baron mengulang setiap kata dan kalimat yang diucapkan. Sementara Girindra
mendengarkan dan menyaksikan semua itu dengan wajah tegang, diliputi pelbagai
kecamuk yang bergulung-gulung di dalam kalbu, dan di sekujur jasmani dan
rohaninya.
Beberapa saat kemudian, sesudah semua hadir di kamar
paham itu akan apa yang terjadi, lelaki itu bangkit dari duduknya diiringi
Dian. Baron, dan Girindra. Lelaki itu pun meniggalkan tempat tersebut.
Ketika jam 24.00, giliran Girindra keluar dari kamar
yang bernama Janur Hati. Dan di kamar Janur Hati itulah Girindra menyerahkan
semua nasibnya, masa depan rumah tangganya, dan keturunannya, hingga tepat dini
hari pukul 24.00.
2.
Kajian
Teori
Dalam kajian teori ini, akan di
paparkan mengenai materi yang berkaitan dengan analisis struktural cerpen.
Adapun materinya yaitu:
a. Strukturalisme
Munculnya
strukturalisme sebagai teori sastra diawali dengan pandangan bahwa karya sastra
merupakan unsur-unsur yang kompleks dan bersistem. Unsur-unsur yang ada di
dalam karya sastra tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Hubungan
antar unsur itulah yang merupakan kriteria untuk menentukan baik dan buruknya
karya sastra.
Teori
struktural adalah teori yang memandang teks sastra berdasarkan unsur-unsur yang
ada di dalamnya untuk diidentifikasi dan dipahami relasinya sebagai satu
kesatuan yang kompleks. Teori ini bermula dari pandangan Ferdinand de Saussure
yang memandang adanya system di dalam bahasa. Pandangan ini kemudian diperluas
dengan asumsi bahwa sistem itu juga ada di dalam sastra.
Dalam
memandang karya sastra, kerja dari teori struktural ini sangat terlihat dalam
konsep yang diutamakan oleh Rene Wellek dan Austin Warren di dalam buku Teori Kesusastraan. Di dalam buku ini,
dipelajari mengenai karya sastra yang memuat unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Menurut
Mahayana (2005:52) karya sastra
diperlukan sebagai teks terbuka, maka makna karya itu didak bersifat tunggal,
melaikan multi-interpretasi yang akan mengungkapkan kekayaan makna yang
bersangkutan. Sedangkan menurut Zinudin Fananie (2001:16) bahwa yang terpenting
adalah bagaimana fungsi hubungan tersebut dalam menghadirkan makna secara
keseluruhan.
Dari semua pendapat mengenai
teori struktural adalah struktur yang ada di dalam karya sastra tidak dapat
dipisahkan dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Di dalm teori struktural, dibagi menjadi dua bagian yaitu intrinsik dan
ekstrinsik.
1. Tema
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai
titik tolak pengarang dalam memaparkan karya yang diciptakannya. (Aminudin, 2004: 83)
Keraf (1994: 107) menyatakan bahwa kata tema berasal dari kata tithenai,
bahasa Yunani yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan”. Menurut arti
katanya, tema berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah
ditempatkan. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi pengarangnya. Dengan kata lain, tema merupakan sesuatu yang menjadi ide pikiran atau persoalan yang diungkapkan dalam sebuah cipta rasa.
Tema adalah suatu hal yang berkaitan dengan pandangan, pendapat, atau
sikap pengarang terhadap suatu masalah sedangkan masalah adalah suatu hal yangharus diselesaikan. Sebuah tema pada dasarnya merupakan abstraksi dari suatu masalah. Oleh karena itu, tema sebuah karya sastra haruslah diabstraksikan dari masalah utama yang diungkapkan pengarang dalam karyanya.
2. Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita(Aminuddin, 2004: 83).
Loban dalam Aminuddin (2004: 84) menggambarkan gerak tahapan alur
seperti halnya gelombang. Gelombang itu berawal dari (1) eksposisi (2) komplikasi atau intrik-intrik awal yang akan berkembang menjadi konflik, (3) klimaks (4) relevasi atau penyingkatan tabir suatu problem, dan (5) denoument atau penyelesaian yang membahagiakan, atau dapat disebut sebagai catastrophe jika penyelesaian menyedihkan, ataupun solution jika penyelesaian yang masih bersifat terbuka karena pembaca sendirilah yang dipersilakan menyelesaikan melalui daya imajinasinya.
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai
titik tolak pengarang dalam memaparkan karya yang diciptakannya. (Aminudin, 2004: 83)
Keraf (1994: 107) menyatakan bahwa kata tema berasal dari kata tithenai,
bahasa Yunani yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan”. Menurut arti
katanya, tema berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah
ditempatkan. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi pengarangnya. Dengan kata lain, tema merupakan sesuatu yang menjadi ide pikiran atau persoalan yang diungkapkan dalam sebuah cipta rasa.
Tema adalah suatu hal yang berkaitan dengan pandangan, pendapat, atau
sikap pengarang terhadap suatu masalah sedangkan masalah adalah suatu hal yangharus diselesaikan. Sebuah tema pada dasarnya merupakan abstraksi dari suatu masalah. Oleh karena itu, tema sebuah karya sastra haruslah diabstraksikan dari masalah utama yang diungkapkan pengarang dalam karyanya.
2. Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita(Aminuddin, 2004: 83).
Loban dalam Aminuddin (2004: 84) menggambarkan gerak tahapan alur
seperti halnya gelombang. Gelombang itu berawal dari (1) eksposisi (2) komplikasi atau intrik-intrik awal yang akan berkembang menjadi konflik, (3) klimaks (4) relevasi atau penyingkatan tabir suatu problem, dan (5) denoument atau penyelesaian yang membahagiakan, atau dapat disebut sebagai catastrophe jika penyelesaian menyedihkan, ataupun solution jika penyelesaian yang masih bersifat terbuka karena pembaca sendirilah yang dipersilakan menyelesaikan melalui daya imajinasinya.
3. Latar (Setting)
Latar adalah tempat, waktu, maupun situasi tertentu yang melatarbelakangi
peristiwa-peristiwa dalam cerita, baik latar ynag bersifat fisikal (berhubungan dengan tempat) maupun latar yang bersifat psikologis (berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang mampu menuasakan suatu makna yang mampu mengapit emosi pembaca) (Aminudin, 2000 : 69).
Fungsi latar adalah memberikan informasi tentang situasi bagaimana adanya
dan proyeksi keadaan batin para tokoh. Latar pun merupakan salah satu unsur yangpenting bagi penentuan nilai estetika karya satra serta salah satu fakta cerita yang harus diperhatikan.
Latar adalah tempat, waktu, maupun situasi tertentu yang melatarbelakangi
peristiwa-peristiwa dalam cerita, baik latar ynag bersifat fisikal (berhubungan dengan tempat) maupun latar yang bersifat psikologis (berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang mampu menuasakan suatu makna yang mampu mengapit emosi pembaca) (Aminudin, 2000 : 69).
Fungsi latar adalah memberikan informasi tentang situasi bagaimana adanya
dan proyeksi keadaan batin para tokoh. Latar pun merupakan salah satu unsur yangpenting bagi penentuan nilai estetika karya satra serta salah satu fakta cerita yang harus diperhatikan.
4. Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa itu mampu menjalin suatu
cerita sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut denganpenokohan (Aminudin, 2004 : 79). Tokoh dalam sebuah cerpen dapat terdiri atas beberapa orang, tetapi berperan sebagai tokoh utama biasanya tidak lebih dari dua orang. Tokoh lain berfungsi sebagai penegas keberadaan tokoh utamanya. Tokoh utama biasanya menjadi sentral cerita, baik protagonis maupun antagonis.
Menurut Sumardjo dan Saini (1991: 65-66) , melukiskan suatu watak tokoh
dalam cerita dapat dilakukan melalui (1) perbuatannya, terutama bagaimana bersikap dalam menghadapi situasi kritis (2) ucapan-ucapannya (3) gambaran fisiknya, dan (4) keterangan langsung yang ditulis oleh pengarang.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita
yang dipaparkannya (Aminudin, 2004 : 90). Dalam menyuguhkan cerita, pengarang dapat mengambil atau memilih suatu posisi serta kedudukan tertentu terhadap suatu kisah yang dipaparkannya.
Ada kalanya seorang pengarang hanya mengambil posisi sebagai orang ketiga saja atau berada diluar cerita yang dikisahkannya. Namun, kemungkinan juga pengarang akan melibatkan diri serta ikut bermain sebagai salah satu tikih dalam cerita tanpa mengurangi sifat rekaan cerita tersebut. Sudut pandang penceritaan terdiri atas (1) Narrator omniscient, yaitu pengarang sebagai pelaku cerita (2) Narrator observer, yaitu pengarang sebagaipengamat terhadap pemunculan para pelaku serta hanya tahu dalam batas tertentu tentang perilakubatiniah para pelaku (3) Narrator observer omniscient, dan (4) Narrator the third person omniscient.
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa itu mampu menjalin suatu
cerita sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut denganpenokohan (Aminudin, 2004 : 79). Tokoh dalam sebuah cerpen dapat terdiri atas beberapa orang, tetapi berperan sebagai tokoh utama biasanya tidak lebih dari dua orang. Tokoh lain berfungsi sebagai penegas keberadaan tokoh utamanya. Tokoh utama biasanya menjadi sentral cerita, baik protagonis maupun antagonis.
Menurut Sumardjo dan Saini (1991: 65-66) , melukiskan suatu watak tokoh
dalam cerita dapat dilakukan melalui (1) perbuatannya, terutama bagaimana bersikap dalam menghadapi situasi kritis (2) ucapan-ucapannya (3) gambaran fisiknya, dan (4) keterangan langsung yang ditulis oleh pengarang.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita
yang dipaparkannya (Aminudin, 2004 : 90). Dalam menyuguhkan cerita, pengarang dapat mengambil atau memilih suatu posisi serta kedudukan tertentu terhadap suatu kisah yang dipaparkannya.
Ada kalanya seorang pengarang hanya mengambil posisi sebagai orang ketiga saja atau berada diluar cerita yang dikisahkannya. Namun, kemungkinan juga pengarang akan melibatkan diri serta ikut bermain sebagai salah satu tikih dalam cerita tanpa mengurangi sifat rekaan cerita tersebut. Sudut pandang penceritaan terdiri atas (1) Narrator omniscient, yaitu pengarang sebagai pelaku cerita (2) Narrator observer, yaitu pengarang sebagaipengamat terhadap pemunculan para pelaku serta hanya tahu dalam batas tertentu tentang perilakubatiniah para pelaku (3) Narrator observer omniscient, dan (4) Narrator the third person omniscient.
6. Amanat
Amanat adalah gagasan yang mendasari cerita atau pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan pemecahan suatu tema yang mencerminkan pandangan hidup pengarang. Berdasarkan cara penyampaiannya, Nurgiyantoro (1995: 335) membaginya dalam dua wujud, yaitu penyampaian
langsung dan penyampaian tidak langsung.
Amanat adalah gagasan yang mendasari cerita atau pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan pemecahan suatu tema yang mencerminkan pandangan hidup pengarang. Berdasarkan cara penyampaiannya, Nurgiyantoro (1995: 335) membaginya dalam dua wujud, yaitu penyampaian
langsung dan penyampaian tidak langsung.
3.
Metode
Analisis
a. Struktur
Pada analisis ini digunakan analisis
terstruktur. Terstruktur artinya sudah terencana bagian mana yang akan
dianalisis pertama hingga seterusnya.
b. Objek
Objek analisis ini adalah cerpen Sanca.
Objek kajian analisis ini aspek-aspek yang terkandung dalam cerpen Sanca. Dalam
metode analisis obek disini, yang akan dianalisis adalah objek-objek seperti,
alur, latar, sudut pandang, pusat pengisahan, tokoh, tema dan amanat.
c. . Metode Kepustakaan.
Metode ini digunakan untuk mencari teori, perumusan
masalah, atau menyempurnakan perumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya,
konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan teori bagi penelitian. Sehingga
teori ataupun data-data diperoleh relevan.
d. Metode Analisis.
Metode ini bertujuan untuk
memahami unsur yang terkandung di dalamnya. Misalnya ada data yang tidak
relevan dibuang dan data yang kurang lengkap dilengkapi sehingga dapat diambil
kesimpulan yang dapat dipercaya.
Analisis adalah penguraian karya sastra atas
unsur-unsurnya dengan tujuan memahami pertalian antara unsur-unsur tersebut
dalam karya sastra. Hasil analisis dalam sebuah karya sastra akan digunakan untuk mengetahui
dan memahami struktur kepribadian tokoh-tokohnya.
4.
Hasil
Analisis
1.
Penokohan
dan Perwatakan
Dalam
hal penokohan termasuk penamaan, pemeranan, keadaan fisik, keadaan psikis, dan
karakter. Bagian-bagian penokohan ini saling berhubungan dalam upaya membangun
permasalahan iksi.
Perubahan
watak tokoh dapat pula berlangsung karena terjadinya perubahan latar cerita.
Akibat terjadinya perubahan waktu penceritaan yang sudah lama, akan berakibat
terjadinya perubahan keadaan psikis tokoh, dan secara keseluruhan merubah
karakter tokoh cerita.
NO
|
TOKOH
|
WATAK
|
KUTIPAN
|
1
|
Janur
Hati
|
a.
Polos
b.
Suka
bermain
|
“Yah...!
Kan Janur belum capek, Ma....! kata gadis mungil itu.”
|
2
|
Girindra
|
a.
Penyayang
b.
Sabar
c.
Merubah nasib dengan kebodohan
|
“Tapi,
kamu kan masih ingat janji kita bersama dulu....?”
“…gelombang dan deburnya
mengempaskan para peselancar dan mereka yang berenang di sepanjang pantai.
Padahal sejumlah bendera sudahdipancangkan agar para pelancong tidak
melampaui batas berbahaya itu.”
|
3
|
Dian
|
a.
Setia
b.
Penyayang
c.
Merubah
nasib dengan kebodohan
|
“Iya
dong Mas. Aku tak akan pernah melupakannya...!”
“Sayang...!
Kita sudahan ya...! Makan dulu, yuk...! kata perempuan berambut panjang...”
”Demi Tuhan, Mas Baron,
tolonglah kami. Hanya kepada Mas Baron kami bisa meminta pertolongan semacam
ini…!”
|
4
|
Baron
|
a.
Penolong
|
“
Baron menganggukkan kepalanya sekali. Kemudian ia menganggukkan lagi
kepalanya beberapa kali...”
|
5
|
Lelaki lebih tua
|
a.
Wibawa
|
“Dengan suaranya yang berwibawa,
lelaki itu mengucapkan serangkaian doa dan ketentuan...”
|
2.
Peristiwa dan Alur (Plot)
Hubungan antara
satu peristiwa atau sekelompok peristiwa dengan peristiwa atau sekelompok
peristiwa yang lain disebut alur. Alur tersebut bersifat kausalitas karena
berhubngan satu dengan yang lainnya menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Alur yang digunakan pengarang dalam cerpen Janur Hatikarya Noorca M Massardi adalah
alur maju mundur.
1. Sepasang
suami istri berada di pantai untuk berliburan merayakan ulang tahun Janur Hati
1.2 Sepasang
suami istri bernama Girindra dan Dian berlarian dan bercanda bersama anaknya
Janur Hati di tepi pantai.
1.3 Girindra
dan Dian mengajak Janur Hati mengajak Janur Hati makan, karena sudah lapar.
1.4 Janur
Hati menolak ajakannya, karena belum capek.
1.5 Dian
menasehati Janur Hati sambil menggendong Janur Hati ke tempat bilas di tepi
pantai.
2. Mereka
bertemu Baron di sebuah warung yang telah merobah nasibnya dahulu.
2.1
Dian melihat lelaki bertopi mirip Baron di warung Chicharitos.
2.2
Dian mengajak Girindra untuk bertemu Baron.
2.3
Girindra jalan menuju ke warung Chicaritos dan diikuti Dian dan anaknya.
2.4
Dian dan Janur Hati memanggil nama Baron dari luar warung.
2.5
Baron berlari ke luar warung dengan rasa takjub dan terharu.
2.6
Baron memeluk Girindra dan Menyalami Dian.
2.7
Baron menanyakan siapa gadis mungil yang ada di dekatnya.
2.8
Dian menjelaskan bahwa anak itu adalah Janur Hati dari hasil perobahan nasibnya
yang dibantu Baron ketika 5 tahun yang lalu dengan cara kebodohan.
3. Kejadian masa lalu sepasang suami istri Girindra
dan Dian bersama Baron menyelesaikan nasib rumah tangga dan keturunan dengan
kebodohan.
3.1
Dian dan Girindra minta tolong untuk merobah nasibnya untuk memiliki keturunan
kepada Baron.
3.2
Baron tak mampu berkata sepatah pun.
3.3
Baron mempertimbangkan banyak sekali hal.
3.4
Baron mengaggukkan kepalanya atas kesediaan membantu suami istri tersebut.
3.5
Lelaki lebih tua mengucapkan serangkaian doa dan ketentuan untuk Baron, Dian
dan Girindra.
3.6
Lelaki lebih tua itu meninggalkan kamar.
3.7
Girindra mengungkapkan perasaannya terhadap istrinya.
3.8
Girindra keluar kamar dan menyerahkan nasib rumah tangga dan keturunannya pada
istrinya dan Baron agar memiliki ketuurunan.
3.
Latar
Latar
merupakan penanda identitas permasalahan fiksi yang mulai secara samar
diperlihatkan alur atau penokohan. Jika permasalahan fiksi sudah diketahui
melalui alur atau penokohan, maka latar memperjelas suasana, tempat dan waktu
peristiwa itu berlaku
NO
|
LATAR
|
PERISTIWA
|
KUTIPAN
|
1
|
Tempat
a.
Di
pantai Gado-gado
b.
Tempat
bilas tepi pantai
c.
Warung
Chicaritos
d.
Di
kursi
e.
Di
kamar
f.
Di
luar kamar
|
Pengunjung
berenang sepanjang pantai, dan menikmati pantai.
Dian
menggendong Janur Hati di tepi pantai.
Bertemu
Baron
Tempat
lelaki lebih tua duduk.
Penentuan
nasib rumah tangga, dan keturunan Dian dan Girindra.
Girindra
keluar kamar meninggalkan Dian dan Baron
|
“Ombak
di pantai Gado-gado, Seminyak, itu sungguh menggetarkan. Di tengah gerimis
dan badai kecil, gelombang dan deburnya mengempaskan...”
“...
sambil merengkuh gadis bernama Janur iru dan langsung menggendongnya menuju
tempat bilas di tepi pantai.”
“...
kata lelaki itu sambil bergerak setengah hati menuju ke arah warung itu.
“...
sejak tadi duduk di kursi di sebelah kanan Baron...”
“...
sesudah semua yang hadir di kamar itu paham akan apa yang barusan terjadi...”
“Girindra
kemudian keluar dari kamar itu. Ia menutup pintu itu perlahan...”
|
2
|
Waktu
a.
Pukul
24.00
|
Girindra keluar dari kamarnya, dan
menyerahkan nasibnya.
|
“Girindra kini menyerahkan seluruh
nasibnya, masa depan rumah tangganya, keturunannya, hingga tepat dini hari
pukul 24.00
|
3
|
Suasana
a.
Cuaca
gerimis dan badai kecil
b.
Bersuka
cita di tepi pantai
c.
Penasaran
d.
Terkejut
dan terharu.
e.
Tegang
|
Suasana di pantai Gado-gado
Sepasang suami istri berlarian
dan bercanda bersama anaknya
Dian dan Girindra penasaran
melihat lelaki bertopi di dalam warung.
Baron bertemu Dian dan
Girindra.
Girindra keluar dari kamar.
|
“...Di tengah gerimis dan badai
kecil, gelombang dan deburnya mengempaskan para peselancar dan mereka yang
berenang di sepanjang pantai.”
“... Mereka tetap asyik
bergumul dan bercanda.”
“Mas... yang diwarng papan yang
di tengah itu, sepertinya...”
“Dengan rasa takjub bercampur
haru, ia langsung menyalami dan memeluk lelaki yang dipanggil Gerindra itu..”
“Girindra kini menyerahkan
semua nasibnya, masa depannya”.
|
4.
Sudut
Pandang
Berdasarkan data yang terdapat dalam cerpen yang berjudul Janur Hati karya
Noorca M Massardi. Cerpen ini menggunakan sudut pandang persona ketiga
“Dia-an”. Dalam cerita ini pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar,
dialami, dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh cerita. Narator berada diluar
cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata
gantinya.
Hal ini dibuktikan dalam
kutipan berikut:
“Dengan rasa takjub dan haru, ia
langsung menyalami dan memeluk lelaki yang dipanggil Girindra itu. Sesaat
kemudian ia menatap perempuan yang dipanggil Dian itu dan kemudian memeluk dan
mencium kedua pipinya.”
5.
Tema
dan amanat
Tema
yang digunakan dalam cerpen yang berjudul Janur Hati karya Noorca M Massardi,
yaitu kebodohan suami istri mengahadapi nasib rumah tangga dan keturunannya.
Cerpen janur hati merupakan cerita yang mengungkapkan sepotong perjalanan
hidup. Ada sepasang manusia yang sudah menikah selama bertahun-tahun tetapi
belum memiliki anak. Padahal mereka sudah bersabar dan berusaha maksimal,
tetapi nihil. Dengan segenap kerelaan, mereka memilih jalan yang menurut saya
adalah suatu kebodohan. Yah, Demi sebuah kebahagiaan.
Kutipannya, yaitu
”Demi Tuhan, Mas Baron,
tolonglah kami. Hanya kepada Mas Baron kami bisa meminta pertolongan semacam
ini…!”
Amanat
yang terkandung dalam cerpen Janur Hati karya Noorca M Massardi banyak yang
disampaikan pengarang, diantaranya yaitu
1. Manusia
menciptakan aturan, tetapi aturan itu diabaikan. Manusia memang mengadakan
sesuatu, tetapi tidak mengakui adanya sesuatu.
“…gelombang dan deburnya mengempaskan para peselancar
dan mereka yang berenang di sepanjang pantai. Padahal sejumlah bendera sudah
dipancangkan agar para pelancong tidak melampaui batas berbahaya itu.”
2. Manusia
baru akan mencari-cari yang lain, jika dia sedang membutuhkan. Manusia
menyadari ketidakmampuannya untuk bertahan hidup sendiri. Memang pada dasarnya,
manusia memiliki egoisitas yang tinggi. Tetapi, keegoisan itu tidak akan
berlaku ketika manusia dalam kondisi tidak nyaman (membutuhkan). Dalam kondisi
kehampaan dan ketidaksempurnaan. Manusia akan terus dan terus mencari
pertolongan.
”Demi Tuhan, Mas Baron,
tolonglah kami. Hanya kepada Mas Baron kami bisa meminta pertolongan semacam
ini…!”
3.
Banyak manusia yang mengakhiri nasib rumah tangga dan
keturunannya dengan cara kebodohan.
4.
interpretasi/Penilaian
dan Tafsiran
Menurut saya, cerpen Janur Hati
yang diterbitkan Kompas 24 Februari 2013 ini tidak cocok untuk siswa kelas VIII
SMP. Karena sulit dipahami. Meskipun tema cerita dan penokohannya menarik.
C.
PENUTUP
1. Simpulan
Teori struktural adalah teori
yang memandang teks sastra berdasarkan unsur-unsur yang ada di dalamnya untuk
diidentifikasi dan dipahami relasinya sebagai satu kesatuan yang kompleks.
Teori ini bermula dari pandangan Ferdinand de Saussure yang memandang adanya
system di dalam bahasa. Pandangan ini kemudian diperluas dengan asumsi bahwa
sistem itu juga ada di dalam sastra.
Analisis struktural sebuah karya sastra yang berupa
cerita pendek,secara struktural memiliki beberapa aspek yang dikaji,
diantaranya adalah Tema , penokohan , alur ,latar/ setting, sudut pandang ,
penafsiran penokohan dan amanat.
2. Saran
Semoga makalah yang penulis tulis ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan dapat berguna untuk ke depannya.
Demikianlah makalah ini ditulis,
sekiranya terdapat kesalahan dalam penulisan baik dari segi isi, tata bahasa,
maupun yang lainnya, penulis sangat mengharapkan kritikan srta saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan.
Daftar Pustaka
Muhardi dan Hasanuddin.
1992. Prosedur Analisis fiksi. Padang:
IKIP Padang Press
Noorca M Massardi.
2013. Cerpen Janur Hati. Kompas:
Jakarta.
http://downloadgratisarea.blogspot.com/2012/09/unsur-unsur-intrinsik-cerpen.html.
Lampiran:
Janur Hati
Cerpen Noorca
M Massardi (Kompas, 24 Februari 2013)
OMBAK di pantai
Gado-gado, Seminyak, itu sungguh menggetarkan. Di tengah gerimis dan badai
kecil, gelombang dan deburnya mengempaskan para peselancar dan mereka yang
berenang di sepanjang pantai. Padahal sejumlah bendera sudah dipancangkan agar
para pelancong tidak melampaui batas berbahaya itu.
Toh, para penikmat pantai seperti tak peduli. Mereka
tetap asyik bergumul dan bercanda dengan gelombang dan buihnya.
Di antara mereka yang bersukacita dengan kesibukan
pantai, itu tampak sepasang suami istri yang berlarian dan bercanda dengan
seorang gadis kecil yang baru dijalin rambutnya model gimbal dengan butiran
kepang warna-warni. Gadis berbikini mungil itu tertawa dan berlarian, kendati
sesekali ia terjatuh juga di atas pasir yang bergelombang dan basah.
“Sayang…! Kita sudahan ya…! Makan dulu, yuk…!” kata
perempuan berambut panjang yang sedari tadi mengejar-ngejar anak itu.
“Yuk…! Papa juga sudah lapar, nih…!” kata lelaki yang
juga asyik saling berkejaran dengan anak dan ibu itu.
“Yah…! Kan Janur belum capek, Ma….!” kata gadis mungil
itu.
“Nanti kita masuk angin sayangku…! Anginnya sudah
semakin keras. Apalagi ini gerimis tidak mau berhenti…! Yuk…!” kata perempuan
itu sambil merengkuh gadis bernama Janur itu dan langsung menggendongnya menuju
tempat bilas di tepi pantai.
***
“Mas… yang di warung papan yang di tengah itu,
sepertinya…!” kata ibu muda yang menggendong gadis bernama Janur itu, usai
mendandaninya dengan rok panjang berbunga.
Lelaki itu menghentikan langkahnya di atas pasir yang
tak terjilat ombak. Ia memusatkan perhatiannya ke ruang dalam warung yang
ditunjuk perempuan itu.
Di salah satu meja ia mendapati seorang pria tengah
mengetik dengan laptopnya sambil sesekali menengadahkan pandangannya ke deburan
ombak yang bergerak lurus di hadapannya.
“Iya, seperti Baron…!” kata lelaki itu dengan nada
suara agak tersendat.
Perempuan itu memeluk pinggang lelaki itu.
“Kita temui dia atau kita hindari…?” bisik perempuan
yang kini rambutnya tersibak-sibak angin laut.
“Terserah kamu, Di…!” jawab lelaki itu sambil memandang
mata perempuan itu.
“Kalau Mas Gin tidak keberatan…! Kan kita belum pernah
bertemu dan berkomunikasi sama sekali sejak itu…!” bisik perempuan itu, dengan
nada bergetar, sambil membersihkan kakinya dari butir-butir pasir yang kini
melengketi lagi kedua kaki telanjangnya.
“Tapi, kamu kan masih ingat janji kita bersama dulu…?”
“Iya dong Mas. Aku tak akan pernah melupakannya…!”
bisik perempuan itu sambil mengecup pipi lelaki itu.
“Ada apa sih, Ma…? Kok bisik-bisik dari tadi…?” kata
gadis itu menyela.
“Enggak… itu sepertinya ada teman papa mama dulu…!”
kata perempuan itu sambil memeluk Janur dengan penuh cinta lebih dari biasanya.
“Aduh… Ma…! Janur sesak nih…! Yang mana, Ma…?” kata
Janur sambil melihat-lihat ke segala arah.
“Itu yang duduk di warung Chicharitos, yang pakai topi
hitam itu…!” bisik perempuan itu sambil menunjuk dengan arah pandangan dan
wajahnya.
Gadis itu memerhatikan sosok yang dimaksud, tapi
wajahnya tak begitu jelas, karena agak gelap terhalang bayangan atap rumbia
yang memayungi warung sederhana di bibir pantai itu.
“Terus…? Kok Mama Papa gak mau ketemu…?”
“Bagaimana, Mas…?”
“Ya, sudah, kita ke sana…! Mungkin juga hanya mirip
dia…!” kata lelaki itu sambil bergerak setengah hati menuju ke arah warung itu.
Perempuan itu mengikuti langkah lelaki itu, hingga ke
bawah tangga warung yang menuju ke pasir pantai.
Sesaat, pasangan dan anak gadis itu berdiri menghadap
warung. Pandangan mereka menengadah ke arah lelaki bertopi hitam yang tengah
menunduk sambil mengetik sesuatu di komputernya.
“Mas Bar…!” kata perempuan itu dengan suara sedikit
dikeraskan, untuk sesaat mengalahkan gemuruh ombak.
“Om Bar…!” teriak Janur mengikuti suara ibunya,
memanggil orang yang berada di ketinggian warung itu.
Mendengar namanya dipanggil orang, lelaki bertopi itu segera
menengadahkan pandangannya dari layar laptop. Ia menatap ke arah ketiga anak
beranak itu. Dengan rasa terkejut ia langsung berdiri dari duduknya, hingga
gelas jus mangga yang baru diminumnya setengah, itu tumpah ke lantai papan.
“Dian…?! Girindra…?!” kata lelaki bertopi itu sambil
bergegas melompati tangga turun, dan membiarkan gelas minumnya berguling dan
jatuh ke lantai papan.
Dengan rasa takjub bercampur haru, ia langsung
menyalami dan memeluk lelaki yang dipanggil Girindra itu. Sesaat kemudian ia
menatap perempuan yang dipanggilnya Dian, itu dan kemudian memeluk dan mencium
kedua pipinya.
“Aduh…! Janur kejepit nih…!” teriak gadis kecil di
pelukan ibunya itu dan yang saat itu tak disadari keberadaannya oleh lelaki
bertopi itu.
“Aduh…! Maaf, sayang…! Om Bar enggak lihat…!
Kasihan…!” kata lelaki yang dipanggil Baron, itu sambil melepaskan pelukannya,
dan kemudian mengambil jarak untuk dapat memandang dan memerhatikan gadis itu.
“Ini…?” kata Baron sambil menunjuk Janur.
Namun, ia segera menghentikan kalimat yang sedianya
hendak ia ucapkan saat itu.
“Iya…!” kata Dian dan Girindra berbareng setengah
berbisik.
Baron, Dian, dan Girindra pun saling berpandangan
beberapa saat, dalam diam, dengan perasaan dan pikiran masing-masing.
“Lima tahun, Mas Bar…!” kata Dian akhirnya, setelah
agak lama mereka tak bisa berkata-kata dan tenggelam ke dalam kecamuk kalbu
masing-masing.
Sementara itu, tanpa mereka sadari, ketiga pasang mata
orang dewasa itu tampak membasah dan berkaca-kaca.
“Iya… Om…! Hari ini 6 Januari, Janur Hati ulang
tahun…!” kata gadis mungil itu.
“Janur Hati…?” kata Baron setengah berbisik.
“Iya, kami memberinya nama Janur Hati…!” bisik Dian
seolah ingin menegaskan.
Sekali lagi, senyap merayap di antara deburan ombak
pantai Seminyak.
***
“Demi Tuhan, Mas Baron, tolonglah kami. Hanya kepada
Mas Baron kami bisa meminta pertolongan semacam ini…!” kata Dian dan Girindra
berbareng, sementara kedua pasang kelopak mata mereka dilinangi air mata yang
tak terbendung lagi.
Baron tak mampu berkata sepatah pun. Yang ia lihat dan
rasakan hanyalah, betapa Dian dengan sepenuh hati meremas punggung tangan
kanannya, sementara Girindra juga meremas tangan kirinya dengan seluruh emosi
bergejolak di dadanya.
Setelah senyap beberapa saat, yang terasa bagaikan
beberapa abad, dan sesudah mempertimbangkan banyak sekali hal, akhirnya Baron
pun membalas emosi yang tersalurkan melalui genggaman tangan itu, dengan
mencekal agak kuat kedua tangan Dian dan Girindra.
Baron menganggukkan kepalanya sekali. Kemudian ia
menganggukkan lagi kepalanya beberapa kali, ketika pandangan mata sepasang
suami istri tampak terpana, terkesima, dan takjub akan penerimaan dan kesediaan
Baron.
Tanpa banyak membuang waktu, lelaki yang tampak lebih
tua dari mereka, dan sejak tadi duduk di kursi di sebelah kanan Baron, langsung
menggenggam kedua tangan Dian dan Baron yang masih saling berpegang erat itu.
Dengan suaranya yang berwibawa, lelaki itu mengucapkan
serangkaian doa dan ketentuan. Beberapa saat kemudian, lelaki itu meminta agar
Dian dan Baron mengulang setiap kata dan kalimat yang ia ucapkan. Sementara
Girindra mendengarkan dan menyaksikan semua itu dengan wajah tegang, diliputi
pelbagai kecamuk yang bergulung-gulung di dalam kalbu, dan di sekujur jasmani
dan rohaninya.
“Semoga semua ini diizinkan oleh Yang Maha Kuasa. Dan,
karena ini adalah langkah terakhir yang dapat kalian upayakan, serta sudah
kalian sepakati dengan ikhlas, dengan sepenuh kesadaran, dan tanpa paksaan dari
siapa pun, maka apa yang kalian cita-citakan ini kiranya dikabulkan oleh Tuhan
Yang Maha Esa…!” kata lelaki itu.
Beberapa saat kemudian, sesudah semua yang hadir di
kamar itu paham akan apa yang barusan terjadi, dan apa yang akan segera
terjadi, lelaki itu pun bangkit dari kursinya, diiringi Dian, Baron, dan
Girindra.
Lelaki itu sekali lagi mengucapkan selamat kepada
mereka semua, memeluk mereka dengan penuh hormat, dan kemudian mohon diri. Dan,
setelah lelaki itu berlalu, kini giliran Girindra memeluk Baron, tanpa
mengucapkan sepatah kata pun.
Lalu ia memeluk serta mencium kedua pipi dan bibir
istrinya sekejap.
“Aku sangat mencintaimu, sayangku. Ingat, sesudah
pukul 24.00 ini, engkau harus melupakan segalanya, dan engkau akan kembali
kepadaku untuk selamanya…!” bisik Girindra tanpa mampu menahan tangisnya yang
berderai dalam sendu dan sedu.
“Iya Mas, aku akan kembali kepadamu, untuk selamanya.
Semoga pengorbanan ini mendapat ampunan dan ganjaran dari Tuhan Yang Maha
Kuasa…!” bisik Dian dengan suara bergetar dan tampak berupaya menunjukkan
ketegarannya.
Girindra kemudian keluar dari kamar itu. Ia menutup
pintu itu perlahan. Lalu ia menarik napas sedalam-dalamnya, dan berupaya
menyiram seluruh api yang menyala-nyala di dadanya. Beberapa saat ia hanya
berdiri mengamati daun pintu kamar yang bernama Janur Hati itu. Setiap kamar di
hotel itu, selain memiliki nomor juga mempunyai nama masing-masing. Dan, di
kamar Janur Hati itulah, Girindra kini menyerahkan seluruh nasibnya, masa depan
rumah tangganya, dan keturunannya, hingga tepat dini hari pukul 24.00 atau
pukul 00.00.
***
Tanpa menunggu waktu menunjukkan tepat pukul 24.00,
tanpa menanti gemuruh ombak benar-benar berhenti berdebur, dan tanpa membiarkan.
No
|
Nama
Tokoh
|
Watak
|
Physical
description
|
Protocol
of throught streem of conscious
|
Reaction
to event
|
Direct
auther analisys
|
Discussion
of enviorment
|
Reaction
ofother about character
|
Conversation
|
1.
|
Janur Hati
|
Polos dan
Suka
bermain
|
X
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
2.
|
Girindra
|
Penyayang,
Sabar,
dan
Merubah nasib dengan kebodohan
|
X
|
V
|
X
|
X
|
V
|
V
|
V
|
3.
|
Dian
|
Setia,
Penyayang, dan
Merubah
nasib dengan kebodohan
|
X
|
V
|
V
|
V
|
V
|
X
|
V
|
4.
|
Baron
|
Penolong
|
X
|
V
|
X
|
X
|
V
|
V
|
V
|
5.
|
Lelaki
lebih tua
|
Baik,
dan berwibawa
|
X
|
V
|
V
|
X
|
V
|
X
|
X
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar